advent1jkt.sch.id – Gula BUMN-Petani Menumpuk hingga 427 ribu ton di gudang per 25 September 2025, karena gula konsumsi lokal kalah saing dengan gula rafinasi impor yang merembes ke pasar. Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) dan ID Food laporkan penumpukan ini ancam petani dan industri. Artikel ini mengulas penumpukan gula, penyebabnya, upaya pemerintah, respons petani, dan prospek ke depan, per 30 September 2025, 04:47 WIB.
Gula BUMN-Petani Menumpuk di Gudang Pabrik
Gula BUMN-Petani Menumpuk sebanyak 427.859 ton, dengan 303 ribu ton milik BUMN, 48.628 ton milik petani, dan 75.251 ton milik pedagang, per 25 September 2025. Selain itu, ID Food laporkan gula ini bernilai Rp6,2 triliun, tapi tak laku meski dilelang Rp14.500 per kg. Untuk itu, penumpukan di gudang seperti PG Gempolkrep Mojokerto (35 ribu ton) dan PG Pagotan Madiun (6 ribu ton) picu kerugian. Meski begitu, petani kesulitan bayar utang. Oleh karena itu, solusi cepat dibutuhkan. Dengan demikian, situasi ini ancam ekonomi petani.
Gula BUMN-Petani Menumpuk akibat Gula Rafinasi Impor
Gula BUMN-Petani Menumpuk karena gula rafinasi impor, yang seharusnya untuk industri, merembes ke pasar konsumsi dengan harga lebih murah (Rp14.300–Rp14.600 per kg). Selain itu, APTRI sebut impor 200 ribu ton gula mentah pada Februari 2025 ganggu pasar lokal. Untuk itu, gula lokal di Jawa Timur, seperti di PG Jatiroto Lumajang (37 ribu ton), tak laku. Meski begitu, pemerintah janji kurangi impor rafinasi. Oleh karena itu, pengawasan ketat diperlukan. Dengan demikian, kebocoran rafinasi jadi penyebab utama.
Gula BUMN-Petani Menumpuk dan Upaya Pemerintah
Gula BUMN-Petani Menumpuk, tapi pemerintah alokasikan Rp1,5 triliun via Danantara untuk serap gula melalui ID Food dan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN). Selain itu, hingga September 2025, 60 ribu ton dari 81 ribu ton target terserap, sisakan 21 ribu ton. Untuk itu, Mentan Amran Sulaiman sebut penyerapan capai hampir 100%. Meski begitu, ID Food keluhkan beban bunga 7% dari dana Danantara. Oleh karena itu, pemerintah usul batasi impor etanol. Dengan demikian, langkah ini harapkan stabilkan harga.
Respons Petani terhadap Krisis Penumpukan Gula
Gula BUMN-Petani Menumpuk, picu kekecewaan petani tebu. Selain itu, APTRI desak pelelangan mandiri dan pengawasan ketat gula rafinasi. Untuk itu, petani di Madiun dan Situbondo ancam henti tanam tebu jika gula tak terserap. Meski begitu, DPRD Jatim dan petani rencanakan surat ke Presiden Prabowo untuk minta intervensi. Oleh karena itu, petani harap kebijakan lindungi pasar lokal. Dengan demikian, kesejahteraan petani jadi fokus utama.
Prospek Industri Gula Pasca-Penumpukan
Gula BUMN-Petani Menumpuk, tapi pemerintah optimis capai swasembada gula. Selain itu, produksi gula 2025 diproyeksi 2,6 juta ton, tertinggi kedua di ASEAN. Untuk itu, Bapanas rencanakan perluas distribusi via ritel modern dan pasar tradisional. Meski begitu, anomali harga dan rembesan rafinasi tetap jadi tantangan. Oleh karena itu, penguatan Cadangan Gula Pemerintah (CGP) dan pengawasan impor jadi kunci. Dengan demikian, industri gula berpotensi pulih di 2026.
Kesimpulan
Parah! Gula BUMN-Petani Menumpuk Hingga 427 Ribu Ton akibat gula rafinasi impor yang merembes ke pasar konsumsi. Selain itu, pemerintah serap 60 ribu ton via Danantara, tapi 21 ribu ton masih tersisa. Untuk itu, petani desak pelelangan mandiri dan pengawasan ketat. Meski begitu, swasembada gula terancam jika tak ada solusi cepat. Dengan demikian, kebijakan proteksi pasar lokal dan penguatan CGP jadi harapan petani dan industri.
