Advent1jkt.sch.id – Pada 29 Agustus 2025, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menyampaikan pernyataan Masoud Pezeshkian yang tegas di tengah ketegangan geopolitik. Ia menegaskan Iran tidak menginginkan perang, tetapi siap melawan jika Israel atau Amerika Serikat (AS) menyerang. Oleh karena itu, pernyataan ini, yang disiarkan melalui wawancara televisi, memicu perhatian global. Apa isi pesan tersebut, dan mengapa relevan setelah konflik Juni 2025?
Latar Belakang Pernyataan Masoud Pezeshkian
Masoud Pezeshkian, presiden Iran sejak Juli 2025, berbicara dalam wawancara televisi pada 29 Agustus 2025. Menurut Reuters dan Jerusalem Post, ia menuduh Israel dan AS berusaha “memecah belah” Iran. “Tidak ada warga Iran yang ingin negara ini terpecah,” katanya. Selain itu, ia menyebut sejarah konfrontasi sejak Revolusi Islam 1979, seperti upaya pembunuhan dan kudeta.
“Kami tidak ingin perang, tetapi tidak takut menghadapinya,” ujarnya. Sikap ini menunjukkan kesiapan defensif Teheran. Akibatnya, pernyataan Masoud Pezeshkian menjadi sorotan pada 30 Agustus 2025, di tengah ketegangan regional yang meningkat.
Konflik Iran-Israel di Balik Sikap Masoud Pezeshkian
Pernyataan ini muncul pasca-perang singkat Iran-Israel pada Juni 2025. Israel menyerang fasilitas nuklir dan militer Iran, menewaskan lebih dari 1.000 orang, termasuk komandan dan ilmuwan. Sebagai respons, Teheran meluncurkan rudal dan drone ke Israel, menyebabkan puluhan korban.
AS, sekutu Israel, ikut menyerang situs nuklir Iran, lalu memediasi penghentian pertempuran pada 24 Juni 2025. Namun, tanpa gencatan senjata resmi, situasi tetap rapuh. Oleh karena itu, Wakil Presiden Iran Mohammad Reza Aref pekan lalu memperingatkan kesiapan Teheran. “Kita hanya dalam penghentian permusuhan,” katanya, selaras dengan pernyataan Masoud Pezeshkian.
Implikasi Pernyataan Presiden Iran
Pernyataan ini memengaruhi dinamika Timur Tengah. Pertama, ia menyoroti isu nuklir dengan Israel, yang melihat program Iran sebagai ancaman. Iran menuduh Israel dan AS melakukan sabotase. Akibatnya, pernyataan Masoud Pezeshkian menggalang dukungan domestik sambil membuka peluang diplomasi.
Kedua, hubungan dengan AS tetap tegang akibat sanksi dan dukungan AS untuk Israel. Meskipun Pezeshkian berjanji memperbaiki hubungan dengan Barat, tuduhan terhadap AS mempersulit negosiasi JCPOA. Namun, ia menegaskan Iran tidak mencari konflik. Sebagai contoh, pejabat Iran kerap menyatakan kesiapan tanpa provokasi, mencerminkan strategi hati-hati.
Respons Global terhadap Pernyataan Masoud Pezeshkian
Israel menyebut pernyataan ini sebagai provokasi, sementara AS menegaskan tidak mencari konflik. Media seperti Reuters melaporkan bahwa PBB memantau situasi untuk mencegah eskalasi. Selain itu, Rusia dan China, sekutu Iran, mendukung posisi Teheran. Oleh karena itu, ketegangan ini memengaruhi harga minyak global akibat risiko gangguan di Selat Hormuz.
Di Iran, pernyataan Masoud Pezeshkian memperkuat citranya sebagai pemimpin tegas. Namun, kelompok keras menuntut respons lebih agresif. Akibatnya, ia harus menyeimbangkan moderasi dan ketegasan untuk menjaga stabilitas domestik.
Dampak Ekonomi dan Sosial di Iran
Konflik Juni 2025 merusak infrastruktur Iran, terutama sektor energi dan nuklir. Sanksi AS memperburuk inflasi dan pengangguran, memicu protes. Pernyataan ini menegaskan komitmen untuk pemulihan sambil mempertahankan kedaulatan. Sebagai contoh, korban jiwa sebanyak 1.000 orang meninggalkan luka sosial, terutama bagi keluarga ilmuwan nuklir.
Di wilayah tetangga, seperti Arab Saudi dan Turki, ketegangan ini menimbulkan kekhawatiran. Oleh karena itu, mediasi dari Qatar dan Oman menjadi penting. Survei domestik menunjukkan warga Iran mendukung diplomasi, selaras dengan pesan Pezeshkian untuk menghindari perang.
Solusi untuk Meredakan Konflik
Pernyataan ini membuka peluang untuk dialog. Teheran bisa mencari dukungan PBB untuk mengecam serangan Israel. Sementara itu, AS dan Israel perlu merespons dengan hati-hati. Selain itu, transparansi program nuklir Iran dapat membangun kepercayaan global. Sebagai contoh, kunjungan diplomatik ke Rusia atau China bisa memperkuat posisi Teheran.
Kesimpulan: Makna Pernyataan Presiden Iran
Pernyataan Presiden Iran pada 29 Agustus 2025 menegaskan sikap defensif di tengah ancaman Israel dan AS. Meskipun menolak perang, Teheran siap melawan, terutama setelah konflik Juni 2025. Oleh karena itu, pernyataan ini memperkuat solidaritas domestik dan memengaruhi hubungan global. Dengan demikian, diplomasi menjadi kunci untuk mencegah eskalasi, dan dunia harus memantau situasi ini dengan cermat.