advent1jkt.sch.id – Family office usulan Luhut menjadi wacana panas di pemerintahan Prabowo setelah Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan usulkan pembentukan pusat pengelolaan kekayaan keluarga kaya di Bali, dengan target operasional akhir 2025. Oleh karena itu, family office ini, atau Wealth Management Consulting (WMC), dirancang untuk tarik investor ultra high-net-worth individuals (UHNWI) global agar kelola aset di Indonesia, seperti di Singapura atau Abu Dhabi. Dengan demikian, family office usulan Luhut ini bisa jadi magnet investasi hingga Rp 1.000 triliun, tapi Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tolak pakai APBN, sebut “bangun saja sendiri”. Selain itu, Luhut sudah pertemukan dengan investor seperti Ray Dalio, tapi Purbaya belum paham konsep detail. Berikut pengertian family office, manfaat usulan Luhut, alasan penolakan Purbaya, dan prospek, dirangkum pada 14 Oktober 2025.
1. Apa Itu Family Office dan Konsep Usulan Luhut?
Family office adalah entitas privat yang kelola kekayaan keluarga kaya (UHNWI, aset >US$30 juta), termasuk investasi, pajak, filantropi, dan warisan. Dengan kata lain, usulan Luhut bentuk WMC di Bali sebagai gerbang dana asing ke sektor riil Indonesia, seperti properti, energi hijau, dan hilirisasi mineral. Selanjutnya, Luhut sebut target operasional 2025, dengan co-investor bersama BPI Danantara dan INA. Untuk itu, lokasi Bali dan IKN jadi pusat, tarik bank internasional dan firma ekuitas swasta. Oleh sebab itu, Luhut bilang, “Kita lagi kejar terus, harap diputuskan Presiden.” Dengan begitu, konsep ini mirip family office Singapura yang kelola US$4 triliun aset. Akibatnya, bisa tambah investasi asing Rp 500 triliun/tahun.
2. Manfaat Family Office untuk Ekonomi Indonesia
punya potensi besar. Dengan demikian, tarik UHNWI global (seperti Ray Dalio, pemilik Bridgewater) untuk investasi riil, tingkatkan PDB 2–3%. Selanjutnya, kelola warisan kekayaan lokal (Rp 10.000 triliun aset keluarga kaya Indonesia) lebih efisien, kurangi pajak offshore. Untuk itu, manfaat termasuk penciptaan lapangan kerja 100.000 di Bali/IKN dan diversifikasi investasi ke green energy. Oleh sebab itu, Luhut sebut, “Family office jadi gerbang dana luar negeri ke sektor riil.” Dengan begitu, contoh Abu Dhabi Global Market tarik US$1 triliun. Akibatnya, Indonesia capai target investasi Rp 1.700 triliun 2025.
3. Alasan Penolakan Purbaya: APBN untuk Program Prioritas
Family office usulan Luhut ditolak dana APBN oleh Purbaya Yudhi Sadewa. Dengan demikian, Purbaya bilang, “Saya nggak akan alihkan APBN ke sana. Bangun saja sendiri.” Selanjutnya, ia belum paham konsep detail, meski Luhut sering bahas. Untuk itu, fokus APBN tepat sasaran seperti infrastruktur dan subsidi, hindari kebocoran. Oleh sebab itu, Purbaya doakan Luhut, tapi DEN bangun sendiri. Dengan begitu, ini selaras kebijakan Prabowo untuk efisiensi fiskal. Akibatnya, family office tetap jalan via swasta atau BPI.
4. Respons Luhut dan Pemerintah
Family office usulan Luhut tetap berlanjut meski tanpa APBN. Dengan demikian, Luhut sebut, “Masih berjalan, lagi kejar terus.” Selanjutnya, Airlangga Hartarto, Menko Perekonomian, bentuk tim finalisasi. Untuk itu, investor seperti Dalio minat co-invest dengan INA. Oleh sebab itu, Prabowo kaji, targetkan 2025. Dengan begitu, DEN koordinasi dengan BKPM. Akibatnya, Bali/IKN jadi lokasi potensial.
5. Prospek Family Office di Indonesia
Family office usulan Luhut prospek cerah. Dengan demikian, pasar global family office US$1,4 triliun, Indonesia bisa tarik 5–10%. Selanjutnya, regulasi OJK dukung green family office. Untuk itu, Bali jadi hub seperti Singapura. Oleh sebab itu, target Rp 1.000 triliun investasi. Dengan begitu, UMKM untung. Akibatnya, ekonomi inklusif.
Kesimpulan target operasional 2025 di Bali untuk tarik UHNWI global, tapi Purbaya tolak APBN. Oleh karena itu, bangun sendiri via DEN dan INA. Dengan demikian, potensi Rp 1.000 triliun investasi riil. Untuk itu, pantau kembangan. Akibatnya, ekonomi tumbuh. Bagikan pendapat di komentar!
